Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Kamis, 19 Desember 2019
Hadits “Kewajiban Mencari Ilmu”
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
Senin, 08 Juli 2019
Niat,Tata Cara dan Doa setelah Shalat Sunnah Dhuha
Jumlah Rakaat Sholat Dhuha:
Rasulullah bersabda:
َمَنْ صَلَّى الضُّحٰى اِثْنَتٰى عَشَرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهُ لَهُ قَصْرًا فِى الْجَنَّةِ
Artinya:
“Barang siapa yang melakukan sholat Dhuha dua belas rakaat, Allah akan membuatkan baginya istana di surga” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dari hadist diatas dijelaskan bahwa jumlah rakaat sholat Dhuha sebanyak 12 rakaat. Namun rakaat yang berjumlah 12 rakaat tersebut adalah bilangan maksimal dari rakaat sholat dhuha.
12 rakaat ini dalam pengerjaannya bisa dikerjakan dengan setiap 2 rakaat diakhiri salam. Bisa juga dilakukan dengan langsung 4 rakaat dengan adanya tasyahud awal pada rakaat kedua, dan tasyahud akhir pada rakaat keempat kemudian diakhiri salam.
Untuk jumlah rakaat sholat sunnah Dhuha minimal adalah 2 rakaat dan maksimal adalah 12 rakaat.
Niat Shalat Dhuha:
اُصَلِّى سُنَّةَ الضَّحٰى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى
Latin:
“Ushollii Sunnatadh Dhuha Rok’ataini Mustaqbilal Qiblati Adaa’an Lillaahi Ta’aalaa.”
Artinya:
“Aku niat sholat sunnah Dhuha dua rakaat menghadap kiblat saat ini karena Allah Ta’ala”
Tata Cara Sholat Dhuha:
Tata cara sholat Dhuha atau rukun sholat Dhuha sama dengan sholat fardhu atau sh0lat-sholat sunnah 2 rakaat lainnya. Berikut tata cara sholat Dhuha yang terdiri dari 2 rakaat.
Rukun Rakaat Pertama:
- Membaca Niat Sholat Dhuha
- Membaca Takbiratul ihram, diikuti dengan doa iftitah
- Membaca surat Al Fatihah
- Membaca surat dari Al Qur’an, diutamakan Surah Asy-Syamsi
- Melakukan Ruku dengan tumakminah
- Melakukan Itidal
- Melakukan Sujud pertama
- Duduk di antara dua sujud
- Melakukan Sujud kedua
- Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua
Rukun Rakaat kedua:
- Membaca surat Al Fatihah
- Membaca surat dari Al Qur’an, diutamakan Surah Ad Dhuha
- Melakukan Ruku
- Melakukan Itidal
- Melakukan Sujud pertama
- Duduk di antara dua sujud
- Melakukan Sujud kedua
- Duduk Tahiyat akhir
- Mengucapkan Salam
Pada intinya tata cara sholat Dhuha atau rukun sholat Dhuha sama dengan tata cara sholat wajib atau rukun sholat wajib 2 rakaat begitu juga bacaan lainnya. Yang membedakan hanya pada niatnya saja.
Untuk bacaan surah setelah membaca surah Al Fatihah para ulama sepakat untuk menganjurkan membaca surah Asy-Syamsi pada rakaat pertama dan surah Ad Dhuha pada rakaat kedua.
Namun ada juga yang berpendapat membaca surah Ad Dhuha pada rakaat pertama dan surah Al Ikhlas pada rakaat ke dua. Walau begitu tidak ada aturan baku untuk membaca surah-surah pendek apa, karena menyesuaikan dengan hafalan bagi yang mengerjakannya.
Doa Sesudah Shalat Dhuha:
Arab:
للّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ
اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
Latin:
ALLAHUMMA INNADHDHUHA-A DHUHA-UKA, WALBAHAA-ABAHAA-UKA,
WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWAATUKA, WAL
QUDROTA QUDROTUKA, WAL ‘ISHMATA ISHMATUKA.
ALLAHUMA INKAANA RIZQII FISSAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA
FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’SIRON FAYASSIRHU,
WAINKAANA HAROOMAN FA THOHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA
QORIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA
QUWWATIKA WA QUDROTIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBAADAKASH
SHOOLIHIiN.
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha itu adalah dhuhamu, keagungan itu
merupakan keagunganmu, keindahan itu merupakan keindahanmu,
kekuatan itu adalah kekuatanmu, kekuasaan itu adalah kekuasaanmu”, dan
penjagaan-penjagaan adalah penjagaanmu.
penjagaan-penjagaan adalah penjagaanmu.
“Ya Allah, jika rezeki aku masih di langit maka turunkanlah, jika ada di
dalam bumi maka keluarkanlah, jika sulit maka mudahkanlah, apabila itu
haram maka sucikanlah, jika jauh maka dekatkanlah”.
dalam bumi maka keluarkanlah, jika sulit maka mudahkanlah, apabila itu
haram maka sucikanlah, jika jauh maka dekatkanlah”.
“Demi kebenaran dhuhamu, keagunganmu, keindahanmu, kekuatanmu dan
kekuasaanmu, berikanlah kepadaku sebagaimana apa yang engkau berikan
kepada hambamu yang sholeh”.
kekuasaanmu, berikanlah kepadaku sebagaimana apa yang engkau berikan
kepada hambamu yang sholeh”.
Manfaat Sholat Dhuha:
Manfaat sholat Dhuha yang dirasakan oleh orang muslim yang mengerjakannya adalah dapat memudahkan rizkinya. Untuk itu diutamakan membaca surat-surat dalam sholatnya yang bisa mendatangkan rizki. Berikut beberapa manfaat sholat Dhuha.
1. Sholat Dhuha sebagai penghapus dosa
Sesuai dengan sabda Rasulullah:
“Barang siapa yang mengerjakan sholat Dhuha dan mampu menjaganya setiap waktu, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya. Sekalipun dosa-dosanya itu banyak seperti buih di lautan.” (HR. Tirmidzi dari Abu Daud Ra)
2. Sholat Dhuha sebagai Wasiat Rasulullah
Dari Abu Hurairah Ra berkata:
“Kekasihku Rasulullah saw telah berpesan kepadaku supaya berpuasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” ( HR. Buhkari dan Muslim).
3. Shalat Dhuha dua rakaat sebagai pengganti tasbih, tahmid dan tahlil
Rasulullah bersabda:
“Setiap pagi ada kewajiban untuk tiap-tiap persendian bersedekah. Tiap-tiap tasbih itu sedekah, tiap-tiap tahlil sedekah, tiap-tiap tahmid sedekah, tiap-tiap takbir sedekah, tiap-tiap menganjurkan kebaikan sedekah, tiap-tiap mencegah yang mungkar sedekah dan cukup menggantikan semua itu dengan dua rakaat shalat dhuha”. (HR Muslim)
4. Dua rakaat dhuha senilai 360 sedekah
Sesuai dengan hadist Rasulullah:
“Dalam tubuh manusia ada 360 ruas tulang ia diharuskan bersedekah untuk setiap ruas itu. Para sahabat bertanya: Siapa yang kuat melaksanakan itu wahai Rasulullah ? Beliau bersabda: Dahak yang ada di masjid lalu di tutupnya dengan tanah atau menyingkirkan suatu gangguan dari tengah jalan itu berarti sedekah. Atau sekiranya tidak mampu cukuplah diganti dengan mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.” (HR Ahmad dan Abu Daud)
Itulah beberapa manfaat dan keutamaan shalat Dhuha. Dengan mengetahui dan memahami keutamaan sholat Dhuha maka akan menambah semangat Anda untuk bisa mengerjakannya dan menjaganya.
Sabtu, 06 Juli 2019
Kisah Nabi Ibrahim AS
Pembukaan
Nabi Ibrahim as adalah nabi ke-6 dalam
sejarah rasul Allah yang wajib diketahui umat Islam. Secara silsilah, Nabi
Ibrahim adalah Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Rauf bin Falish bin
Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh.
Sebagai seorang yang mulia, tugas Nabi
Ibrahim as sangatlah berat. Karena dia harus dilahirkan di tengah-tengah
masyakrakat jahiliyah yang musyrik dan kafir. Nabi Ibrahim dilahirkan pada
tahun 2295 SM di negeri Mausul.
Sayangnya, ayah dari Nabi Ibrahim as adalah pembuat patung berhala yang juag mempercayai bahwa patung-patung itu adalah perantara manusia kepada Sang Khalik. Di tambah lagi, kaum jahiliyah di zaman Nabi Ibrahim memiliki seorang penguasa bernama Raja Namrud yang dengan sombongnya mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan Semesta Alam. Anehnya, banyak sekali yang percaya pada pengakuannya tersebut.
Sayangnya, ayah dari Nabi Ibrahim as adalah pembuat patung berhala yang juag mempercayai bahwa patung-patung itu adalah perantara manusia kepada Sang Khalik. Di tambah lagi, kaum jahiliyah di zaman Nabi Ibrahim memiliki seorang penguasa bernama Raja Namrud yang dengan sombongnya mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan Semesta Alam. Anehnya, banyak sekali yang percaya pada pengakuannya tersebut.
1. Masa kecil Nabi Ibrahim
Semasa kecil, Nabi Ibrahim diasingkan ke
hutan, di dalam sebuah goa yang mustahil akan ditemukan orang. Hal ini
dilakukan dalam bentuk penyelamatan karena di zaman itu Raja Namrud
mengeluarkan peraturan untuk membunuh setiap ada bayi laki-laki yang lahir.
Namrud melakukan hal itu karena dirinya tidak ingin digantikan oleh siapapun di muka bumi ini sebagai penguasa. Oleh karena itu, orang tua Nabi Ibrahim mengasingkannya ke sebuah hutan. Allah telah menunjukkan kuasanya dengan membuat Nabi Ibrahim tumbuh sebagai sosok lelaki yang tangguh hingga selamat dari segala macam marabahaya di dalam hutan.
Sampai akhirnya dirinya kembali ke tengah masyarakat dan melihat semua orang seperti gila pada patung. Hampir setiap rumah dan tempat-tempat umum dipenuhi patung berhala agar dapat menyembah setiap waktu. Termasuk di rumah ayahnya yang memang bekerja sebagai pembuat patung berhala.
Lama kelamaan Nabi Ibrahim mulai bertanya-tanya pada dirinya. Di manakah Tuhan itu? Manakah yang dinamakan Tuhan? Kemudian Allah pun memberikan mukjizat pada Nabi Ibrahim yakni sebuah pemikiran cerdas, kritis, sekaligus mengutusnya sebagai penyampai keberadaan Allah SWT selama ini. Serta mengajak semua orang untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan meninggalkan berhala-berhala yang tidak penting.
Namrud melakukan hal itu karena dirinya tidak ingin digantikan oleh siapapun di muka bumi ini sebagai penguasa. Oleh karena itu, orang tua Nabi Ibrahim mengasingkannya ke sebuah hutan. Allah telah menunjukkan kuasanya dengan membuat Nabi Ibrahim tumbuh sebagai sosok lelaki yang tangguh hingga selamat dari segala macam marabahaya di dalam hutan.
Sampai akhirnya dirinya kembali ke tengah masyarakat dan melihat semua orang seperti gila pada patung. Hampir setiap rumah dan tempat-tempat umum dipenuhi patung berhala agar dapat menyembah setiap waktu. Termasuk di rumah ayahnya yang memang bekerja sebagai pembuat patung berhala.
Lama kelamaan Nabi Ibrahim mulai bertanya-tanya pada dirinya. Di manakah Tuhan itu? Manakah yang dinamakan Tuhan? Kemudian Allah pun memberikan mukjizat pada Nabi Ibrahim yakni sebuah pemikiran cerdas, kritis, sekaligus mengutusnya sebagai penyampai keberadaan Allah SWT selama ini. Serta mengajak semua orang untuk senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dan meninggalkan berhala-berhala yang tidak penting.
2. Nabi Ibrahim as mencari Tuhan
Berkali-kali dengan pemikiran cerdasnya,
Nabi Ibrahim as bertanya siapa sebenarnya Tuahan? Benarkah berhal aitu adalah
Tuhan? Atau justru Raja namrud yang berkuasa itu adalah Tuhan?
Kemudian dia melihat bulan dan bintang di malam hari, matahari di siang hari, ia berkata "Mungkinkah benda-benda itu Tuhan?"
Namun ternyata, bulan dan bintang menghilang dan matahari terbenam, lalu ia berkata, "Aku tak akan bertuhan kepada benda-benda seperti itu."
Allah SWT pun berfirman dalam Surat Al-An'am ayat 76-79:
Kemudian dia melihat bulan dan bintang di malam hari, matahari di siang hari, ia berkata "Mungkinkah benda-benda itu Tuhan?"
Namun ternyata, bulan dan bintang menghilang dan matahari terbenam, lalu ia berkata, "Aku tak akan bertuhan kepada benda-benda seperti itu."
Allah SWT pun berfirman dalam Surat Al-An'am ayat 76-79:
Artinya:
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:
"Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:
"Saya tidak suka kepada yang tenggelam".
Artinya:
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah
Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata:
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku
termasuk orang yang sesat".
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah
Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia
berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu
persekutukan.
Sejak saat itu
pun dia meyakini bahwa bukan berhala-berhala itu Tuhan semesta alam. Allah
kemudian membisikkan sebuah perintah kepada Nabi Ibrahim untuk mengajak orang
menyembah pada Allah SWT, bukan lagi berhala. Jagat raya dan seluruh isinya
serta hukum yang berlaku di dalamnya, cukup kuat untuk menjadi bukti keesaan
Allah dan kebatilan perbuatan orang-orang musyrikin.
Nabi Ibrahim as cenderung kepada agama tauhid dan menyatakan bahwa agama-agama lainnya adalah batal, dan dia bukanlah termasuk golongan orang-orang yang musyrik. Dia seorang yang berserah diri kepada Allah SWT semata.
Nabi Ibrahim as cenderung kepada agama tauhid dan menyatakan bahwa agama-agama lainnya adalah batal, dan dia bukanlah termasuk golongan orang-orang yang musyrik. Dia seorang yang berserah diri kepada Allah SWT semata.
3. Nabi Ibrahim mempermalukan Raja Namrud dihadapan pengikutnya
Paham bahwa berhala bukanlah Tuhan, Nabi Ibrahim dengan kecerdikannya langsung merencanakan sesuatu pada Raja Namrud dan para pengikutnya.
Pada suatu hari Raja Namrud melakukan perjalanan keluar kota bersama sebagian besar pengikutnya selam beberapa hari. Wilayah kekuasaan Namrud pun nyaris kosong. Kemudian Nabi Ibrahim masuk dan menghancurkan semua berhala yang ada di wilayah Namrud. Semua patung-patung dihancurkan, meski dia tahu itu adalah buatan ayahnya sendiri.
Nabi Ibrahim as hanya menyisakan satu berhala yang tidak dirusaknya. Itu adalah berhala yang paling besar. Kemudian dia meletakkan kapak yang dipakai untuk menghancurkan patung-patung lainnya di pangkuan berhala satu-satunya yang tak dirusaknya.
Setelah beberapa hari Raja Namrud mengetahui semua berhalanya rusak dan murka. "Siapa yang melakukan semua ini di belakangku?!" teriaknya pada pengikutnya. Salah satu pengikutnya yang kebetulan tidak turut pergi bersama Namrud mengatakan bahwa ada seorang pemuda bernama Ibrahim yang melakukan itu semua. Dipanggillah Nabi Ibrahim untuk menghadap Raja Namrud.
Sang Raja berkata dengan geram: "Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala ini?"
"Bukan!" jawab Ibrahim singkat. Mendengar jawaban itu, Raja Namrud semakin geram dan berkata: "Lalu siapa lagi kalau bukan engkau, bukankah kau berada di sini saat kami pergi dan bukankah engkau membenci berhala-berhala ini?"
"Ya, tapi bukan aku yang menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir, berhala besar itulah yang menghancurkannya, bukankah kampaknya masih berada di lehernya?" sahut Ibrahim dengan tenang.
Raja Namrud membantahnya: "Mana mungkin patung berhala dapat berbuat semacam itu!". Mendengar hal itu dengan tegas Nabi Ibrahim berkata: "Kalau begitu, kenapa engkau menyembah berhala yang tidak dapat berbuat apa-apa?"
Mendengar pernyataan Ibrahim, para pengikutnya tersadar dan terpikir oleh mereka Tuhan yang selama ini disembah tidak dapat melihat, mendengar, dan bergerak. Namun, Raja Namrud semakin murka.
4. Nabi Ibrahim as dibakar
Karena Geram dan kesalnya Raja Namrud,
akhirnya ia memerintahkan para tentaranya untuk menghukum Nabi Ibrahim dengan
seberat-beratnya. Nabi Ibrahim dihukum mati dengan jalan dibakar hidup-hidup.
Api dinyalakan besar sekali dengan kayu sebagai bahan bakarnya, sementara Nabi diikat dan ditempatkan di tengah-tengah tumpukan kayu. Tetapi Allah lebih berkuasa dalam segala hal. Allah belum menghendaki Nabi Ibrahim mati dan kalah oleh Raja Namrud.
Menyaksikan proses pembakaran itu, Raja Namrud dan para pengikutnya tertawa dengan penuh kepuasan. Mereka mengira, Nabi Ibrahim telah hancur menjadi abu bersama api itu. Namun, begitu terkejutnya mereka setelah api yang menyala dahsyat itu padam. Nabi tiba-tiba berjalan keluar dari puing-puing pembakaran dengan selamat tanpa luka sedikit pun.
Sejak saat itu, pengikut Namrud berpaling dan menjadi umat Nabi Ibrahim untuk terus lurus ke jalan Allah SWT.
Api dinyalakan besar sekali dengan kayu sebagai bahan bakarnya, sementara Nabi diikat dan ditempatkan di tengah-tengah tumpukan kayu. Tetapi Allah lebih berkuasa dalam segala hal. Allah belum menghendaki Nabi Ibrahim mati dan kalah oleh Raja Namrud.
Menyaksikan proses pembakaran itu, Raja Namrud dan para pengikutnya tertawa dengan penuh kepuasan. Mereka mengira, Nabi Ibrahim telah hancur menjadi abu bersama api itu. Namun, begitu terkejutnya mereka setelah api yang menyala dahsyat itu padam. Nabi tiba-tiba berjalan keluar dari puing-puing pembakaran dengan selamat tanpa luka sedikit pun.
Sejak saat itu, pengikut Namrud berpaling dan menjadi umat Nabi Ibrahim untuk terus lurus ke jalan Allah SWT.
Jumat, 28 Juni 2019
Sujud Hanya Boleh Kepada Allah
Sangat
jelas dalam pelajaran TAUHID kita bahwa manusia tidak boleh sujud kepada selain
Allah, baik itu kepada sesama manusia ataupun kepada selain manusia baik itu
berupa batu, pohon, matahari, bulan dan sebagainya. Masalah sujud ini masalah
yang sangat penting akan tetapi masih ada yang belum tahu atau belum paham.
Hukum sujud kepada selain Allah dirinci sebagai berikut:
1. Sujud kepada manusia, hukumnya dirinci:
a) Sujud kepada
manusia untuk penghormatan dan memuliakan, hukumnya haram dan dosa besar
b) Sujud kepada
manusia untuk ibadah, hukumnya adalah syirik yang bisa mengeluarkan dari Islam
2. Sujud kepada selain manusia, hukumnya adalah syirik yang bisa
mengeluarkan dari Islam karena manusia tidak menghormati benda mati dengan
sujud
Berikut
pembahasan dan dalilnya:
Manusia tidak boleh sujud kepada manusia karena dalilnya cukup tegas. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
Manusia tidak boleh sujud kepada manusia karena dalilnya cukup tegas. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ
يَسْجُدَ لِأَحَدٍ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya
aku boleh menyuruh seorang manusia untuk bersujud kepada manusia lainnya,
niscaya akan aku suruh seorang wanita untuk bersujud kepada suaminya” [HR.
Tirmidzi]
Sujud
kepada manusia untuk menghormati dan memuliakan hukumnya adalah dosa besar.
An-Nawawi menjelaskan,
وأما ما يفعله عوام الفقراء وشبههم
من سجودهم بين يدي المشايخ – وربما كانوا محدثين – فهو حرام بإجماع المسلمين
“Adapun
yang dilakukan oleh orang awam dan semisal mereka yaitu sujud kepada syaikh
mereka –bisa jadi mereka ahli hadits” maka hukumnya haram dengan ijma’ kaum
muslimin.” [Al-Majmu’ 2/79]
Adapun
sujud kepada manusia untuk ibadah jelas hukumnya syirik yang bisa mengeluarkan
dari Islam. Ibnu Hajar Al-Haitami berkata,
ومنها ما يفعله كثيرون من الجهلة من
السجود بين يدي المشايخ إذا قصدوا عبادتهم أو التـقـرب إليهم.لا إن قصدوا تعظيمهم
أو أطلقوا فلا يكون كفراً بل هو حراماً قطعاً
“Di
antaranya (pembatal keislaman) adalah yang dilakukan oleh kebanyakan orang yang
bodoh yaitu sujud kepada syaikh mereka dengan tujuan ibadah atau taqarrub.
Apabila tujuannya untuk memuliakan atau tidak jelas tujuannya, hukumnya tidak
kafir akan tetapi hukumnya jelas haram.” [Al-I’lam bi Qawathi’il Islam].
Sujud
kepada selain manusia hukumnya syirik. Allah melarang manusia sujud kepada
matahari dan bulan, dua ciptaan Allah yang sangat besar. Apabila pada dua benda
mati yang sangat besar saja dilarang, maka apalagi pada batu kecil atau pohon
kecil? Perhatikan ayat berikut:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ
وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا
لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ
تَعْبُدُونَ
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan.
Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang
menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” [Fussilat: 37]
Ibadah
sujud hanya kepada Allah saja diperuntukkan, bahkan semua makhluk sujud kepada
Allah dengan caranya masing-masing. Allah berfirman,
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ
لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ
وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ
وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ
مُكْرِمٍ
“Apakah
kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di
bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang
melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang
telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak
seorangpun yang memuliakannya.” [Quran Al-Hajj: 18]
Catatan:
Syariat nabi
sebelumnya membolehkan sujud kepada makhluk dalam rangka menghormati. Ini bukan
dalil bahwa kita sekarang boleh sujud kepada manusia karena syariat kita ada
yang berbeda dengan syariat nabi sebelumnya. Nabi Yusuf mendapatkan
penghormatan berupa sujud. Perhatikan ayat berikut:
فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَىٰ يُوسُفَ
آوَىٰ إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا
“Maka
tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia
berkata: “Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman”. Dan
ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya)
merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf.” [Yusuf: 99-100]
Adi
bin Hatim menjelaskan tafsir ayat di atas,
كانت تحية من كان قبلكم، فأعطاكم
الله السلام مكانها
“ini
(sujud) adalah penghormatan sebelum kalian (umat Islam), kemudian Allah
gantikan (sujud) dengan ucapan salam.” [Tafsit Ibnu Abi Hatim hal. 2202]
Sumber:https://muslim.or.id/47149-tidak-boleh-sujud-kepada-manusia-dan-selain-manusia.html
Rabu, 26 Juni 2019
Langganan:
Postingan (Atom)